Cara Menteri Amran Memberantas KKN di Lingkungan Kementan

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengingatkan komitmen pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) di lingkungan Kementerian Pertanian (Kementan). "Misalnya, bila pejabat Kementan menerima gratifikasi, baik uang atau barang, itu harus diserahkan kepada KPK,” tegas Menteri Amran Sulaiman, ketika memberikan sambutan pada pelantikan pejabat eselon satu di Jakarta, Senin pagi, 29 Juli 2019.

Adapun pejabat eselon satu yang dilantik yakni Dr.Ir.Momon Rusmono,MS. sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen), Dr.Ir.Prihasto Setyanto, MSc. sebagai Direktur Jenderal Hortikultura, Dr.Ir. Suwandi, MSi. sebagai Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Prof (R) Dr.Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr. sebagai Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, dan Dr.Ir.Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA, sebagai Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Investasi Pertanian. 

Menteri Amran mencontohkan selama dirinya menjabat sebagai Menteri Pertanian sudah 1500 pegawai yang dimutasi, 10 pegawai di antaranya langsung ditangani sendiri. ”1500 orang yang dimutasi tersebut sesuai laporan Irjen Kementan. Saya gunakan data, bukan perasaan,” ujarnya. Ini sejalan dengan program revolusi mental Presiden Jokowi.

“Sejak awal pemerintahan, Presiden mengarahkan dan mengingatkan untuk bebas dari KKN. Karena itu, kami harus memulainya dari Kementerian Pertanian,” tegas Menteri Amran.

Terkait nepotisme, Menteri Amran juga memberi contoh. "Pernah bekas guru atau dosen saya melamar  jadi pejabat eselon satu di Kementerian Pertanian. Beliau dosen saya. Sudah mendaftar dua kali di Kementan dan selalu lulus. Orangnya cerdas, lulusan AS dan selalu mendapat juara satu. Namun saya sarankan, jangan diterima. Nanti saya difitnah bekas dosennya Mentan dimasukin menjadi pegawai atau pejabat eselon satu  di Kementan. Itu yang saya hindari,” tuturnya.

Kementan, tambahnya, juga berprinsip anti kolusi.”Saudara bukan mengabdi kepada saya, tetapi kepada negara. Oleh karena itu, jangan budayakan ‘titip menitip'. Itu hina.Titipan dan intervensi harus dihilangkan,” tegasnya lagi. (Tami)